4 Madzhab Memandang Ucapan Selamat Atas Budaya Non Islam

http://www.brillyelrasheed.com/2015/01/4-madzhab-memandang-ucapan-selamat-atas.html
Dalam kitab-kitab fikih madzhab
Hanafi termaktub sebagai berikut :
قَالَ - رَحِمَهُ اللَّهُ - (وَالْإِعْطَاءُ بِاسْمِ النَّيْرُوزِ وَالْمِهْرَجَانِ لَا يَجُوزُ) أَيْ الْهَدَايَا بِاسْمِ هَذَيْنِ الْيَوْمَيْنِ حَرَامٌ بَلْ كُفْرٌ وَقَالَ أَبُو حَفْصٍ الْكَبِيرُ - رَحِمَهُ اللَّهُ - لَوْ أَنَّ رَجُلًا عَبَدَ اللَّهَ تَعَالَى خَمْسِينَ سَنَةً ثُمَّ جَاءَ يَوْمُ النَّيْرُوزِ وَأَهْدَى إلَى بَعْضِ الْمُشْرِكِينَ بَيْضَةً يُرِيدُ تَعْظِيمَ ذَلِكَ الْيَوْمِ فَقَدْ كَفَرَ وَحَبَطَ عَمَلُهُ وَقَالَ صَاحِبُ الْجَامِعِ الْأَصْغَرِ إذَا أَهْدَى يَوْمَ النَّيْرُوزِ إلَى مُسْلِمٍ آخَرَ وَلَمْ يُرِدْ بِهِ تَعْظِيمَ الْيَوْمِ وَلَكِنْ عَلَى مَا اعْتَادَهُ بَعْضُ النَّاسِ لَا يَكْفُرُ وَلَكِنْ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ لَا يَفْعَلَ ذَلِكَ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ خَاصَّةً وَيَفْعَلُهُ قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ لِكَيْ لَا يَكُونَ تَشْبِيهًا بِأُولَئِكَ الْقَوْمِ، وَقَدْ قَالَ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - «مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ»
Abul Barokaat An-Nasafi Al-Hanafi (wafat 710 H) berkata : "Dan memberikan hadiah dengan nama hari raya Nairus dan Mihrojaan tidak diperbolehkan". Yaitu memberikan hadiah-hadiah dengan nama kedua hari raya ini adalah haram bahkan kekufuran. Berkata Abu Hafsh Al-Kabiir rahimahullah : "Kalau seandainya seseorang menyembah Allah Ta'aalaa selama 50 tahun kemudian tiba hari perayaan Nairuuz dan ia memberi hadiah sebutir telur kepada sebagian kaum musyrikin, karena ia ingin mengagungkan hari tersebut maka ia telah kafir dan telah gugur amalannya". Penulis kitab Al-Jaami' As-Ashghor berkata : "Jika pada hari raya Nairuz ia memberikan hadiah kepada muslim yang lain, dan dia tidak ingin mengagungkan hari tersebut akan tetapi hanya mengikuti kebiasaan/tradisi sebagian masyarakat maka ia tidaklah kafir, akan tetapi hendaknya ia tidak melakukannya pada hari tersebut secara khusus, namun ia melakukannya sebelum atau sesudah hari tersebut agar tidak merupakan tasyabbuh dengan mereka. Dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda ((Barang siapa yang meniru-niru suatu kaum maka ia termasuk dari mereka)).(Al-Bahr Ar-Rooiq Syarh Kanz Ad-Dqooiq, karya Ibnu Nujaim Al-Mishri, beserta Takmilahnya 8/555, Lihat juga Tabyiinul Haqooiq SYarh Kanz Ad-Daqooiq, karya Az-Zaila'i 6/228)
(2) Madzhab Malikiah
Berkata Ibnu Al-Haaj Al-Maliki (wafat
737 H) :
وَبَقِيَ الْكَلَامُ عَلَى الْمَوَاسِمِ الَّتِي اعْتَادَهَا أَكْثَرُهُمْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ أَنَّهَا مَوَاسِمُ مُخْتَصَّةٌ بِأَهْلِ الْكِتَابِ فَتَشَبَّهَ بَعْضُ أَهْلِ الْوَقْتِ بِهِمْ فِيهَا وَشَارَكُوهُمْ فِي تَعْظِيمِهَا يَا لَيْتَ ذَلِكَ لَوْ كَانَ فِي الْعَامَّةِ خُصُوصًا وَلَكِنَّك تَرَى بَعْضَ مَنْ يَنْتَسِبُ إلَى الْعِلْمِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ... بَلْ زَادَ بَعْضُهُمْ أَنَّهُمْ يُهَادُونَ بَعْضَ أَهْلِ الْكِتَابِ فِي مَوَاسِمِهِمْ وَيُرْسِلُونَ إلَيْهِمْ مَا يَحْتَاجُونَهُ لِمَوَاسِمِهِمْ فَيَسْتَعِينُونَ بِذَلِكَ عَلَى زِيَادَةِ كُفْرِهِمْ ...
وَقَدْ جَمَعَ هَؤُلَاءِ بَيْنَ التَّشَبُّهِ بِهِمْ فِيمَا ذُكِرَ وَالْإِعَانَةِ لَهُمْ عَلَى كُفْرِهِمْ فَيَزْدَادُونَ بِهِ طُغْيَانًا إذْ أَنَّهُمْ إذَا رَأَوْا الْمُسْلِمِينَ يُوَافِقُونَهُمْ أَوْ يُسَاعِدُونَهُمْ، أَوْ هُمَا مَعًا كَانَ ذَلِكَ سَبَبًا لِغِبْطَتِهِمْ بِدِينِهِمْ وَيَظُنُّونَ أَنَّهُمْ عَلَى حَقٍّ وَكَثُرَ هَذَا بَيْنَهُمْ. أَعْنِي الْمُهَادَاةَ حَتَّى إنَّ بَعْضَ أَهْلِ الْكِتَابِ لَيُهَادُونَ بِبَعْضِ مَا يَفْعَلُونَهُ فِي مَوَاسِمِهِمْ لِبَعْضِ مَنْ لَهُ رِيَاسَةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَيَقْبَلُونَ ذَلِكَ مِنْهُمْ وَيَشْكُرُونَهُمْ وَيُكَافِئُونَهُمْ. وَأَكْثَرُ أَهْلِ الْكِتَابِ يَغْتَبِطُونَ بِدِينِهِمْ وَيُسَرُّونَ عِنْدَ قَبُولِ الْمُسْلِمِ ذَلِكَ مِنْهُمْ
Tersisa pembicaraan tentang
musim-musim (hari-hari raya) yang biasa dilakukan oleh kebanyakan mereka
padahal mereka mengetahui bahwasanya hari-hari raya tersebut adalah khusus hari
raya ahul kitab. Maka sebagian orang zaman ini bertasyabbuh dengan mereka
(ahlul kitab), menyertai mereka dalam mengagungkan hari-hari raya tersebut.
Duhai seandainya tasyabbuh tersebut hanya dilakukan oleh orang-orang muslim
awam, akan tetapi engkau melihat sebagian orang yang berafiliasi kepada ilmu
juga melakukan hal tersebut …
Bahkan sebagian mereka lebih parah
lagi hingga mereka memberikan hadiah kepada sebagian ahlul kitab pada hari-hari
raya mereka, mengirimkan untuk mereka apa yang mereka butuhkan dalam perayaan
mereka, sehingga dengan hal ini para ahlul kitab terbantukan untuk lebih
terjerumus dalam kekafiran…
Maka mereka telah menggabungkan
antara tasyabbuh dengan ahlul kitab…dan membantu mereka dalam kekafiran mereka.
Maka ahlul kitab semakin parah kekufuran mereka, karena jika mereka melihat
kaum mulsimin menyepakati/bertasyabbyh dengan mereka atau membantu mereka atau
sekaligus dua-duanya, maka hal ini merupakan sebab menjadikan mereka
senang/bangga dengan agama mereka, dan mereka menyangka bahwasanya mereka
berada di atas kebenaran, dan inilah yang banyak terjadi pada mereka, maksudku
adalah saling memberi hadiah. Sampai-sampai sebagian ahlul kitab sungguh
memberikan hadiah berupa sebagian hasil hari raya mereka kepada sebagaian orang
yang memiliki kepemimpinan dari kalangan kaum muslimin, lalu merekapun menerima
hadiah tersebut dan berterima kasih memberi balasan kepada para pemberi hadiah
(ahlul kitab). Dan mayoritas ahlul kitab bangga dengan agama mereka serta
bergembira tatkala ada seorang muslim yang menerima hadiah hari raya
mereka…(Al-Madkhol 2/46-48)
(3) Madzhab Syafi'iyyah
para ulama madzhab Syafi'iyyah telah
mengharamkan mengucapkan selamat atas hari raya orang-orang kafir. Bahkan orang
yang memberi selamat ini berhak untuk dita'zir (dihukum) !!!
Al-Khothiib Asy-Syarbini berkata, "Dan
dita'ziir (dihukum) orang yang menyepakati orang-orang kafir dalam
perayaan-perayaan mereka. Demikian juga dita'zir orang yang memegang ular dan
masuk dalam api, dan orang yang berkata kepada kafir dzimmi "Yaa
Haaji", dan orang yang memberi selamat kepada perayaan orang kafir, dan
orang yang menamakan penziarah kuburan orang-orang sholeh sebagai haji, dan
orang yang berusaha melakukan namimah" (Mughni Al-Muhtaaj 4/255)
Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah
berkata :
ثُمَّ رَأَيْت بَعْضَ أَئِمَّتِنَا
الْمُتَأَخِّرِينَ ذَكَرَ ما يُوَافِقُ ما ذَكَرْتُهُ فقال وَمِنْ أَقْبَحِ
الْبِدَعِ مُوَافَقَةُ الْمُسْلِمِينَ النَّصَارَى في أَعْيَادِهِمْ
بِالتَّشَبُّهِ بِأَكْلِهِمْ وَالْهَدِيَّةِ لهم وَقَبُولِ هَدِيَّتِهِمْ فيه
وَأَكْثَرُ الناس اعْتِنَاءً بِذَلِكَ الْمِصْرِيُّونَ وقد قال صلى اللَّهُ عليه
وسلم من تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ منهم بَلْ قال ابن الْحَاجِّ لَا يَحِلُّ
لِمُسْلِمٍ أَنْ يَبِيعَ نَصْرَانِيًّا شيئا من مَصْلَحَةِ عِيدِهِ لَا لَحْمًا
وَلَا أُدْمًا وَلَا ثَوْبًا، وَلَا يُعَارُونَ شيئا وَلَوْ دَابَّةً إذْ هو
مُعَاوَنَةٌ لهم على كُفْرِهِمْ، وَعَلَى وُلَاةِ الْأَمْرِ مَنْعُ الْمُسْلِمِينَ
من ذلك
"Kemudian aku melihat sebagian
imam-imam kami dari kalangan mutakhirin (belakangan) telah menyebutkan apa yang
sesuai dengan apa yang telah aku sebutkan. Ia berkata : "Dan diantara
bid'ah yang paling buruk adalah kaum muslimin menyepakati kaum nashrani dalam
perayaan-perayaan mereka, yaitu dengan meniru-niru mereka dengan memakan
makanan mereka, memberi hadiah kepada mereka, menerima hadiah dari mereka. Dan
orang yang paling memberi perhatian akan hal ini adalah orang-orang Mesir.
Padahal Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, "Barang siapa
yang meniru-niru suatu kaum maka ia termasuk dari mereka"
Bahkan Ibnul Haaj telah berkata,
"Tidak halal bagi seorang muslim untuk menjual bagi seorang nashrani
apapun juga yang berkaitan dengan kemaslahatan perayaan mereka, baik daging,
sayur, maupun baju. Dan tidak boleh kaum muslimin meminjamkan sesuatupun juga
kepada mereka meskipun hanya meminjamkan hewan tunggangan karena ini adalah
bentuk membantu mereka dalam kekafiran mereka. Dan wajib bagi pemerintah untuk
melarang kaum muslimin dari hal tersebut" (Al-Fataawaa Al-Fiqhiyah
Al-Kubro 4/238)
(4) Madzhab Hanbali
Dalam kitab Al-Iqnaa' :
ويحرم شهود عيد اليهود والنصارى وبيعه لهم
فيه ومهاداتهم لعيدهم ويحرم بيعهم ما يعملونه كنيسة أو تمثالا ونحوه وكل ما فيه
تخصيص كعيدهم وتمييز لهم وهو من التشبه بهم والتشبه بهم منهي عنه إجماعا وتجب
عقوبة فاعله
"Dan haram menyaksikan
perayaan yahudi dan nashoro, dan haram menjual kepada mereka dalam perayaan
tersebut serta haram memberi hadiah kepada mereka karena hari raya mereka.
Haram menjual kepada mereka apa yang mereka gunakan (dalam acara mereka) untuk
membuat gereja atau patung dan yang semisalnya (seperti untuk buat salib
dll-pen). Dan haram seluruh perkara yang yang menunjukkan pengkhususan mereka
seperti perayaan mereka, dan seluruh perkara yang menunjukkan pembedaan bagi
mereka, dan ini termasuk bentuk tasyabbuh (meniru-niru) mereka, dan bertayabbuh
dengan mereka diharamkan berdasarkan ijmak (kesepakatan/konsus) para ulama. Dan
wajib memberi hukuman kepada orang yang melakukan hal ini" (Al-Iqnaa' fi
Fiqh Al-Imam Ahmad bin Hanbal 2/49)
Ijmak ulama akan hal ini telah
disebutkan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya "Ahkaam Ahli
Adz-Dzimmah", beliau berkata:
وأما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام
بالاتفاق مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم فيقول عيد مبارك عليك أو تهنأ بهذا العيد
ونحوه فهذا إن سلم قائله من الكفر فهو من المحرمات وهو بمنزلة أن يهنئه بسجوده
للصليب بل ذلك أعظم إثما عند الله وأشد مقتا من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس
وارتكاب الفرج الحرام ونحوه. وكثير ممن لا قدر للدين عنده يقع في ذلك ولا يدري قبح
ما فعل
"Adapun memberi selamat terhadap
perayaan-perayaan kufur yang khusus maka hukumnya haram berdasarkan kesepakatan
(para ulama) seperti seseorang (muslim) memberi selamat kepada mereka
(orang-orang kafir) atas perayaan-perayaan mereka. Maka ia berkata
"Perayaan yang diberkahi atasmu…" atau "Selamat gembira dengan
perayaan ini" atau yang semisalnya. Maka perbuatan seperti ini –kalau pengucapnya
selamat dari kekufuran- maka perbuatan ini merupakan keharaman, dan
kedudukannya seperti jika ia memberi ucapan selamat kepada orang yang sujud ke
salib. Bahkan hal ini lebih parah dosanya di sisi Allah dan lebih di murkai
dari pada jika ia mengucapkan selamat kepada orang yang minum khomr (bir) atau
membunuh orang lain, atau melakukan zina dan yang semisalnya. Banyak orang yang
tidak memiliki ilmu agama yang cukup terjerumus dalam hal ini, dan mereka tidak
tahu akan buruknya perbuatan mereka." (Ahkaam Ahli Adz-Dzimmah 1/441,
tahqiq : Yusuf bin Ahmad Al-Bakry dan Syaakir bin Taufiiq, cetakan Romaady li
An-Nasyr, cetakan pertama 1418 H/1997 M)
Syaikh Ali Mahfudz Al Azhary berkata:
مما ابتلي به المسلمون وفشا بين العامة
والخاصة مشاركة أهل الكتاب من اليهود والنصارى في كثير من مواسمهم كاستحسان كثير
من عوائدهم ، وقد كان صلى الله عليه وسلم يكره موافقة أهل الكتاب في كل أحوالهم
حتى قالت اليهود أن محمداً يريد ألا يدع من أمرنا شيئاً إلا خالفنا فيه .. فانظر
هذا مع ما يقع من الناس اليوم من العناية بأعيادهم وعاداتهم ، فتراهم يتركون أعمالهم
من الصناعات والتجارات والاشتغال بالعلم في تلك المواسم ويتخذونها أيام فرح وراحة
يوسعون فيها على أهليهم ويلبسون أجمل الثياب ويصبغون فيها البيض لأولادهم كما يصنع
أهل الكتاب من اليهود والنصارى ، فهذا وما شاكله مصداق قول النبي صلى الله عليه
وسلم في الحديث الصحيح "لتتبعن سَنن من قبلكم شبراً بشبر وذراعاً بذراع حتى
لو دخلوا جحر ضب لتبعتموهم" قلنا : يا رسول الله ، اليهود والنصارى ؟ قال
" فمن غيرهم" رواه البخاري عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه .. فعلى من
يريد السلامة في دينه وعرضه أن يحتجب في بيته في ذلك اليوم المشئوم ويمنع عياله
وأهله وكل من تحت ولايته عن الخروج فيه حتى لا يشارك اليهود والنصارى في مراسمهم
والفاسقين في أماكنهم ويظفر بإحسان الله ورحمته
"Diantara musibah yang menimpa
kaum muslimin baik kalangan awam ataupun orang-orang khusus adalah ikut
sertanya kaum muslimin pada perayaan hari-hari besar mereka (ahli kitab) baik
yahudi maupun nasrani, serta menganggap baik perayaan hari besar mereka.
Padahal Rasulullah shallahu alaihi wasallam sangat membenci sikap menyamai ahli
kitab dalam hal apapun. Sampai-sampai orang yahudi berkata: "Sesungguhnya
Muhammad tidak meninggalkan sesuatu dari urusan kami melainkan dia menyelisihi
kami dalam urusan itu.."
Bandingkan sikap Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam dengan realita yang terjadi pada manusia hari ini,
yaitu dengan turut sertanya mereka dalam perayaan dan kebiasaan ahli kitab.
Engkau dapati pada hari-hari besar itu kaum muslimin meninggalkan pekerjaan
mereka baik dipabrik-dipabrik atau meninggalkan perdagangannya dan kesibukannya
dalam menuntut ilmu. Mereka menjadikan hari-hari itu sebagai hari untuk
bergembira dan rehat. Mereka memanjakan keluarga, memakai baju baru, mewarnai
telur untuk anak-anak sebagaimana yang dilakukan oleh ahli kitab dari kalangan
yahudi dan nashrani. Hal ini dan yang semisalnya merupakan bukti kebenaran
sabda Rasulullah shallahu alaihi wasallam dalam hadits shohih; "Sungguh
kalian akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kalian sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta. Hingga apabila mereka masuk kedalam lubang
dhob, kalian juga akan mengikutinya. Kami berkata: Ya Rasullah, Apakah mereka
orang-orang yahudi dan nasrani, Rasul bersabda, "siapa lagi kalau bukan
mereka..?" (HR. Bukhori dari Abi said Al Khudry radhiallahu anhu)
Oleh karenanya, bagi siapa saja yang
menginginkan keselamatan terhadap agama dan kehormatannya. Maka hendaklah dia
tetap berada dirumahnya dan melarang anak-anak dan keluarganya atau siapa saja
yang berada dibawah tanggungannya untuk keluar pada hari itu. Juga mencegah
mereka agar tidak ikut serta dengan orang-orang Yahudi dan Nashrani pada
kegiatan mereka serta kegiatan orang-orang fasiq ditempat-tempat mereka"
(diringkas dari kitab Al Ibdaa' fi madhaaril ibtidaa' halaman 274-276)